Sejarah Berdirinya Muhammadiyah [Bagian II]


ahmad-dahlanKilas Balik Sejarah Berdirinya Muhammadiyah. Lanjutan …

MUHAKA-ONLINE. Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa Kyai Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana Kyai mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis Kyai Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat. Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34). Artinya, pilihan untuk mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi kyai atau dunia pesantren.
Lanjutkan membaca “Sejarah Berdirinya Muhammadiyah [Bagian II]”

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah [Bagian I]


ahmad-dahlanKilas Balik Sejarah Berdirinya Muhammadiyah.

MUHAKA-ONLINE. Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.

Lanjutkan membaca “Sejarah Berdirinya Muhammadiyah [Bagian I]”

Guru dan Karyawan Nonton Bareng “Sang Pencerah”


Bioskop sekarang bukan hanya milik anak muda saja. Buktinya Bapak, Ibu Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta pun ikut nonton bareng “Sang Pencerah” pada hari Sabtu, 2 Oktober 2010. Dimulai pukul 12.00 para Bapak dan Ibu Guru Karyawan sudah siap berkumpul di Studio Theater Plaza Singosaren Solo.

Disaat pemutaran filmpun mereka ikut dalam suasana cerita yang tersajikan. Ada yang terisak tangis ketika melihat Ahmad Dahlan menangis meratapi Langgar Kidul porak-poranda. Ada pula yang tertawa ketika beberapa adegan lucu dari bintang-bintang pemainnya.

Sampai selesai pemutaran film, tampak mereka bersemangat membangun Pergerakan Muhammadiyah seperti apa yang menjadi cita-cita Ahmad Dahlan. “Hidup-hidupilah Muhammadiyah tapi jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Semoga pesan Kyai Ahmad Dahlan itu dapat diaplikasikan bagi seluruh warga Muhammadiyah. Contoh teladan seorang Pemimpin yang siap miskin, susah, luka dan sakit hati demi tegaknya Syariat Islam.

Sinopsis Film Sang Pencerah :

Jogjakarta 1867 -1912:

Sepulang dari Mekah, Darwis muda (Ihsan Taroreh) mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah Bid’ah /sesat

Melalui Langgar / Surau nya Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman yang mengakibatkan kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) sehingga surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Ahmad Dahlan juga di tuduh sebagai kyai Kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda.

Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya : Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman

Ahmad Dahlan