GERHANA BULAN TOTAL 10 DESEMBER 2011 DAN ANJURAN SHOLAT KUSUF


Pada tanggal 10 Desember 2011 akan terjadi Gerhana Bulan Total (GBT). GBT ini dapat diamati dari wilayah Australia, Asia, Eropa, sebagian besar Afrika dan Amerika Utara. Sementara pengamat di Amerika Selatan tidak dapat menyaksikannya. Gerhana Bulan Total ini dapat diamati dari Indonesia pada awal malam tanggal 10 Desember 2011.

Menurut sumber dari http://www.muhammadiyah.or.id spesifikasi gerhana bulan adalah sebagai berikut :

1.      Gerhana Penumbra mulai            : 18.34 WIB
2.      Gerhana Umbra mulai                  : 19.45 WIB
3.      Gerhana Total mulai                    : 21.06 WIB
4.      Tengah Gerhana                           : 21.32 WIB
5.      Gerhana Total berakhir                : 21.58 WIB
6.      Gerhana Umbra berakhir            : 23.18 WIB
7.      Gerhana Penumbra berakhir        : 24.30 WIB
Pada momen awal gerhana Penumbra merupakan awal gerhana (18.34 WIB). Mata manusia mulai mudah mengenal gerhana pada momen gerhana Umbra, bagian Bulan di kawasan Umbra, Bumi akan terlihat hitam karena sorot cahaya Matahari ke Bulan 100% tertutup oleh planet Bumi.
Sehubungan dengan hal di atas, disarankan agar warga Muhammadiyah yang hendak menunaikan salat gerhana dapat memilih waktu pada momen gerhana Umbra dimulai sampai dengan momen gerhana Umbra berakhir (19.45 s.d. 23.18 WIB).
SHOLAT GERHANA

Disebutkan dalam hadits:

عن الْمُغِيرَةِ بْنَ شُعْبَةَ رضي الله عنه قَالَ انْكَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى تَنْكَشِفَ

Dari Al-Mughirah bin Syu’bah ra, berkata, ”Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw. saat kematian Ibrahim”. Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya terjadi gerhana bukan karena kematian seseorang dan tidak karena kelahiran seseorang. Ketika kalian melihatnya, maka berdo’alah pada Allah dan shalatlah sampai selesai.” (Muttafaqun ‘alaihi)

عَنْ عَاْئِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ- قَالَتْ: خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِي حَيَاةِ رَسُولِ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ- فَخَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ- إِلَى اَلْمَسْجِدِ، فَقَامَ وَكَبَّرَ وَصَفَّ النَّاسَ وَرَاْءهُ، فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ- قِرَاْءةً طَوِيْلَةً، ثُمَّ كَبَّرَ، فَرَكَعَ رُكُوعاً طَوِيلاً، ثُمَّ, رَفَعَ رَأْسَه فَقَالَ: “سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَاْ وَلَكَ الْحَمْدُ”. ثُمَّ قَاْمَ فَاقْتَرَأَ قِرَاْءةً طَوِيْلَةً، هِيَ أَدْنَى مِنَ الْقِرَاْءةِ الأُوْلَى، ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعاً طَوِيْلاً، هُوَ أَدْنَى مِنَ الرُّكُوْعِ الأَوَّلِ ثُمَّ قَاْلَ: “سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، ربَّنَاْ وَلَكَ الْحَمْدُ”. ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ فَعَلَ فِيْ الرَّكْعَةِ الأُخْرَى مِثْلَ ذَلِكَ، حَتَّى اسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، وَأَرْبَعَ سَجَدَاْتٍ، وَانْجَلَتِ اَلْشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ، ثُمَّ قَاْمَ فَخَطَبَ النَّاسَ، فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَاْ هُوَ أَهْلُهُ. ثُمَّ قَاْلَ: “إِنَّ الشَّمْسَ وَاَلْقَمَرَ آيَتَاْنِ مِنْ آيَاْتِ اللهِ، لا يَخْسِفَانِ لِمَوْت أَحَدٍ وَلا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَافْزَعُوا لِلْصَّلاَة

Dari ‘Aisyah ra, istri Nabi saw. berkata, “Terjadi gerhana matahari dalam kehidupan Rasulullah saw. Beliau keluar menuju masjid, berdiri dan bertakbir. Sahabat di belakangnya membuat shaff. Rasulullah saw. membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang panjang, kemudian takbir, selanjutnya ruku dengan ruku yang panjang, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, “Sami’allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu”. Setelah itu membaca dengan bacaan yang panjang, lebih pendek dari bacaan pertama. Kemudian takbir, selanjutnya ruku lagi dengan ruku yang panjang, tetapi lebih pendek dari ruku’ pertama. Kemudian berkata,”Sami’allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu.” Selanjutnya sujud. Dan seterusnya melakukan seperti pada rakaat pertama, sehingga sempurnalah melakukan shalat dengan empat ruku dan empat sujud. Dan matahari bercahaya kembali sebelum mereka meninggalkan tempat. Seterusnya Rasul saw bangkit berkhutbah di hadapan manusia, beliau memuji Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya. Rasul saw. bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Kedua gerhana itu tidak terjadi karena kematian atau kehidupan seseorang. Jika kalian melihatnya bersegeralah untuk shalat.” (HR Bukhari dan Muslim)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ انْخَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا نَحْوًا مِنْ قِرَاءَةِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ تَجَلَّتْ الشَّمْسُ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَاذْكُرُوا اللَّه

Dari Abdullah bin Abbas berkata, “Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw. Rasul saw. shalat bersama para sahabat. Beliau berdiri lama sekitar membaca surat Al-Baqarah, kemudian ruku’ lama, lalu berdiri lama tetapi lebih pendek dari pertama. Kemudian ruku lama tetapi lebih pendek dari pertama. Kemudian sujud, lalu berdiri lama tetapi lebih pendek dari yang pertama, kemudian ruku lama, tetapi lebih pendek dari yang pertama, kemudian mengangkat dan sujud, kemudian selesai. Matahari telah bersinar. Rasul bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya terjadi gerhana bukan karena kematian seseorang atau kelahiran seseorang, jika kalian melihatnya, hendaknya berdzikir pada Allah.” (HR Bukhari).

Asal mula dianjurkan sholat gerhana.
Ketika putra Rasulullah saw yang bernama Ibrahim meninggal dunia dan pada hari yang sama terjadi gerhana matahari para sahabat berkata: “Terjadi gerhana matahari karena meninggalnya Ibrahim”. Rasulullah saw bersabda untuk menafi anggapan tersebut: “Sesungguhnya matahari dan bulan mengalami gerhana bukan karena meninggalnya atau terlahirnya seseorang, jika kalian menyaksikan peristiwa tersebut lakukanlah sholat dan perbanyaklah berdo’a kepada Allah”. (HR. Imam Bukhari dari sahabat Mughiroh bin Syu’bah).
Tata cara pelaksanaan sholat gerhana.
Pelaksanaan sholat gerhana, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari, dilakukan pada saat terjadinya gerhana dan selesai waktu pelaksanaannya dengan selesainya gerhana tersebut. Sholatnya dua ra’a’at, pada setiap raka’at dilakukan dua kali ruku’ dan dua kali sujud. Sholat gerhana yang sempurna (bukan keharusan) ialah dengan membaca surah-surah yang panjang pada setiap berdirinya seperti surah al Baqarah setelah al Fatihah pada saat berdiri pertama kemudian surah Ali Imron pada saat berdiri kedua, dan surah berikutnya pada berdiri ketiga dan keempat.
Namun bukan berarti sahnya sholat hanya dengan membaca surah-surah yang panjang tersebut, bisa menggunakan surah-surah yang pendek dengan pertimbangan bahwa surah yang dibaca di dalamnya banyak dibicarakan tentang fenomena alam ini seperti matahari dan bulan serta tempat peredarannya.
Sholatnya dimulai dengan seruan “ash sholaatu jaami’ah”, seperti halnya iqomah ketika hendak melaksanakan sholat fardhu. Niatnya dalam hati pada saat takbiratul ihram untuk niat sholat sunat gerhana bulan dua raka’at.
Setelah takbir kemudian membaca do’a iftitah, lalu membaca surah al Fatihah (dibaca imam secara jahar), kemudian membaca surah dalam Al Quran. Setelah itu ruku’ dan disunatkan memanjangkan ruku’ ini dengan memperbanyak baca tasbihnya. Kemudian bangun dari ruku’ dan langsung membaca surah al Fatihah tanpa takbiratul ikhram dan dilanjutkan membaca surah dalam Al quran lagi, kemudian ruku’ dan memperpanjang ruku’nya kemudian bangun untuk i’tidal, lalu sujud juga dengan memperpanjang sujud dengan memeperbanyak baca tasbih sujud.
Setelah dua kali sujud kemudian bangun takbiratul ikhram dan membaca al Fatihah kemudian melanjutkan surah di rakaat kedua yang pertama, kemudian ruku’ dan memperpanjang ruku’nya, kemudian bangun utk berdiri yang keempat dan membaca al Fatihah dilanjutkan dengan surah Al Quran di rakaat ke dua bagian keempat.  Kemudian ruku’, setelah itu bangun utk i’tidal, kemudian sujud dua kali dengan masing-masing memperpanjang sujudnya. Kemudian duduk untuk tasyahhud akhir dan salam.
Setelah pelaksanaan sholat disunnatkan menyampaikan dua kali khutbah seperti khutbah Jum’at. Kandungan khutbahnya antara lain anjuran untuk menjadikan peristiwa gerhana itu sebagai ibrah bahwa peristiwa tersebut sengaja ditunjukkan oleh Allah kepada manusia agar mengingatkan manusia tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa-peristiwa dahsyat yang menyertainya. Selain itu isi khutbah juga menganjurkan kaum muslimin untuk menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah karena perbuatan-perbuatan maksiat itulah yang menjadi penyebab turunnya musibah atau menghambat datangnya pertolongan Allah dalam menghadapi kesulitan hidup ini. Demikian pula anjuran untuk lebih mendekatkan diri kpeada Allah dengan amal-amal soleh seperti sholat yang selalu diusahakan memperbaiki kualitasnya, ditambah dengan sholat-sholat
sunatnya, lebih banyak bersedekah, dan tentunya dianjurkan juga memperbanyak istighfar dan memohon ampunan Allah swt.
Inti Pelaksanaan sholat gerhana / khusuuf
Sholat dua raka’at, pada setiap raka’at dilakukan dua kali membaca surat Al Fatihah dua kali membaca surat Al Quran dan dua kali ruku’ dan empat kali sujud dengan dua kali sujud di tiap rakaat.
sumber  :

Tinggalkan komentar